PELATIHAN PEMBUATAN MODEL HIDROLIKA

Dengan semakin kompleknya permasalahan pada system jaringan transmisi dan distribusi menuntut suatu metode penyelesaian masalah yang efektif dan efisien serta dapat mengantisipasi kemungkinan pengembangan jaringan dan perencanaan perpipaan dalam jangka panjang. Permodelan jaringan menjadi sangat penting karena kita dapat melihat keadaan jaringan di lapangan melalui simulasi komputer.

Beberapa waktu yang lalu PDAM Tirto Negoro Kab. Sragen mengadakan pelatihan pembuatan model hidrolika, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan sebagai tindak lanjut dari hasil sharing knowledge dengan OASEN. Kegiatan pelatihan ini sudah dilakukan sebanyak 2 kali, tahap pertama adalah pengenalan tentang model hidrolika dan tahap kedua adalah memulai pembuatan model hidrolika, peserta dari pelatihan ini sebagian besar dari staf teknik dan beberapa dari staf administrasi.

Dalam proses pelatihan ini software yang digunakan untuk membuat model hidrolika adalah Epanet dan metode yang digunakan dari hasil sharing knowledge dengan OASEN. Metode pembuatan model hidrolika yang diberikan oleh OASEN sedikit berbeda akan tetapi sangat bermanfaat, dengan metode tersebut pembuatan model hidrolika menjadi lebih cepat dan efisien, mengingat sebelum dikenalkan metode tersebut dalam pembuatan model hidrolika membutuhkan waktu berminggu – minggu akan tetapi dengan menggunakan metode tersebut pembuatan model hidrolika bisa diselesaikan hanya dalam waktu beberapa jam. Untuk bisa menerapkan metode tersebut sistem jaringan perpipaan harus sudah terintegrasi dengan GIS (Geographic Information System).

Sebagian besar peserta mampu mengikuti materi yang disampaikan, pelatihan berlangsung dengan interaktif dan antusias, banyak pertanyaan yang dilontarkan salah satunya adalah apa tujuan dari pembuatan model hidrolika ini?Tujuan pembuatan model hidrolika ini adalah untuk menganalisa dan mengidentifikasi beberapa kendala teknis yang terjadi pada jaringan perpipaan seperti:

1. Kurangnya tekanan pada titik / daerah-daerah kritis.

2. Tidak mengalirnya air pada wilayah tertentu.

3. Penggunaan tipe pompa yang kurang sesuai dengan system jaringan.

4. Kurangnya perhitungan dan analisa hidrolis terhadap rencana pengembangan, perencanaan dan penambahan jaringan perpipaan.

Dari hasil pelatihan tersebut diharapkan kedepannya dapat menyelesaikan kendala teknis yang ada pada jaringan perpipaan dan melakukan perencanaan pengembangan jaringan yang lebih baik.**(Bayu Aji; foto:Bams)