Sejak tahun 2013 PERPAMSI (Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia) bekerja sama dengan JWWA (Japan Water Works Association) menyelenggarakan program tahunan yang mempertemukan para profesional muda dari utilitas air minum Jepang dan Indonesia untuk saling bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. Tahun 2016 ini merupakan angkatan ke 4 sejak program ini pertama diselenggarakan.

Untuk menjadi salah satu peserta harus melewati tahap seleksi yang diadakan oleh panitia PERPAMSI. Dari 119 PDAM yang diberi undangan berkesempatan mengirimkan calon wakil dari PDAM masing-masing dan jika beruntung hanya satu orang saja yang mewakili satu PDAM dari 8 PDAM yang terpilih. Salah satu syarat yang sangat penting adalah kemampuan berbahasa Inggris, ini mutlak karena kita akan berkomunikasi dengan peserta dari negara lain. Untuk tahun ini salah satu peserta yang beruntung mengikuti program ini berasal dari PDAM Sragen. Seleksi yang sama juga berlaku untuk calon peserta dari Jepang. Peserta program berjumlah 16 orang, 8 dari Indonesia (PDAM Sragen, PDAM Solo, PDAM Kab.Bandung, PDAM Kota Padang, PDAM Kota Denpasar, PDAM Kota Makassar, PDAM Giri Menang, PDAM Bandarmasih) dan 8 dari Jepang (JWWA, Sapporo Waterworks Bureau, Sendai Waterworks Bureau, Kanagawa Public Enterprises Agency Waterworks , Gifu Water And Sewerage Waterworks Bureau, Katsuragi Water Works Bureau, Matsue City Water Bureau, Kagoshima Waterworks Bureau).
Kegiatan tersebut berlangsung selama 9 hari di Jakarta dan Bandung. Hari pertama diawali dengan perkenalan dari masing-masing peserta. Hari berikutnya presentasi tentang perusahaan masing-masing. Selain presentasi dari peserta, kegiatan ini juga mengundang pemateri profesional di bidang air minum seperti dari Adhya Tirta Batam (Benny Andrianto), Bappenas (Eko Wiji Purwanto), YPTD Pamsi (Purwoko Hadi), PERPAMSI (Ashari Mardiono), JICA (Sigeru Sugawara).

Banyak hal yang didapat mulai dari teknologi penyedia air minum sampai dengan manajemen pengelolaan air minum. Isu utama yang sering dibahas adalah tentang angka kehilangan air yang tidak menjadi uang. Di Indonesia rata-rata kehilangan air (NRW) masih di atas 30 %, sedangkan di Jepang saat ini kurang dari 10%. Di Jepang perlu 70 tahun untuk menurunkan water loss dari 80% menjadi 10%, dibutuhkan komitmen dan investasi yang tidak sedikit untuk mencapai angka tersebut. Selain dari teknologi, maintenance juga sangat diperhatikan misal penggantian pipa secara berkala, pemilihan jenis pipa, monitoring jaringan secara real time, perbaikan kebocoran yang cepat, dan recovery terhadap bencana alam yang cepat. Semua sudah terencana dan terprogram dengan sangat apik di Jepang. Hanya dibutuhkan waktu 1 minggu setelah Tsunami penyediaan air minum dapat beroperasi dan berjalan normal kembali.


Hari ke delapan kami berkesempatan melakukan Grup Diskusi, satu grup terdiri dari peserta Indonesia dan Jepang sehingga tercipta diskusi menarik. Dalam acara tersebut ada 3 Grup Diskusi, Grup 1 Finance, Grup 2 NRW & Kualitas Air, Grup 3 Management Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Asset. Ketiganya merupakan isu penting yang saat ini sedang dihadapi di hampir semua PDAM.
Ilmu yang didapat dari program tersebut adalah PDAM Sragen sudah berjalan menuju penerapkan cara menurunkan angka NRW seperti yang sudah diterapkan di Jepang. Maintenance dan monitoring center menjadi kunci utama angka NRW bisa dibawah 10%.**(Deasy- PESERTA EXCHANGE PROGRAM PERPAMSI – JWWA 2016 dari PDAM Sragen)